kawans

kawans

Selasa, 20 Oktober 2015

Keutamaan Ilmu menurut Imam Al Ghazali

 Fadhilah Ilmu, Ta’lim dan Belajar
Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan. Ayat Al-Qur’an dan Hadis Nabi banyak menunjukkan tentang hal itu. Sekarang timbul pertanyaan, Ilmu apakah yang diwajibkan kepada seorang muslim untuk mencarinya? Sudah barang tentu bukanlah semuanya.
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa untuk mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, seseorang itu hendaklah mempunyai ilmu dan kemudian wajib untuk diamalkan dengan baik dan ikhlas. Keutamaan ilmu tersebut sebenarnya adalah peluang manusia untuk mendapatkan derajat yang lebih baik. Dengannya dapat memzahirkanexistensi manusia itu sendiri. Karena itulah Allah membedakan antara orang yang mengetahui dan tidak mengetahui, keduanya tidak sama. Firman Allah SWT, “Qul, hal yastawi alladzina ya’lamun walladzina la ya’lamun?.”
Sebagai penuntut ilmu, selalu tak lepas dari hal-hal yang mengganggu perjalanannya, baik itu ekonomi, maupun akademisnya. Seorang yang ingin mencari ilmu harus meyakini pertama kali adalah rizki sepenuhnya dijamin Allah 100% dan dia datang dari tempat yang tidak diduga-dugaOleh karena itu, ajakan satu sama lain untuk belajar menjadi hal penting. Rumusannya, sebenarnya orang tanpa diajak untuk mencari uang, dia sudah pasti  akan mencarinya tapi bila diajak saja untuk belajar belum tentu mau apalagi kalau tidak diajak. Oleh karena itu, sangat penting untuk saling mengajak satu sama lain dalam kebaikan terutama dalam belajar. Dengan begitu, maka orang yang keluar menuntut ilmu sesungguhnya Allah akan membukakan jalan kemudahan baginya bahkan jalan menuju surga sekalipun.
Ketika perjalanannya yang dilalui banyak rintangan dan hambatan maka saat itulah ujian akan dia hadapi yang akhirnya akan menguji kesabarannya dalam melangkah. Itulah kenapa Imam Ghazali banyak menyinggung  tentang kemuliaan orang yang menuntut ilmu seperti belajar satu bab saja dari ilmu Allah itu lebih baik dari pada sholat sunnah 100 rakaat.
Ada banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan kewajiban terhadap orang yang mempunyai ilmu. Imam Ghazali menyebutkan Ilmu itu haram untuk di simpan secara sengaja. Ilmu Allah adalah ilmu yang menjadi solusi bagi manusia, tapi ketika Ilmu Allah itu disimpan dan tidak mengajarkannya maka dia akan menjadi dosa dalam hatinya.Itulah sebagian daripada fadhilah Ilmu  dan fadhilah yang menuntut ilmu serta sebagian dari kewajiban orang yang sudah mempunyai ilmu.
Imam Ghazali mendeskripsikan bahwa menuntut Ilmu itu seperti sesuatu yang disukai, jika  dia memintanya maka seterusnya akan meminta yang lainnya atau meminta selain dari sejenisnya. Beliau mengatakan bahwa meminta selain darinya adalah lebih mulia (asyraf ) dan lebih utama (afdhal ) daripada meminta selain dari jenisnya, seperti dirham dan dinar (money oriented). Oleh karena itu, yang meminta selainnya atau meminta bermacam-macam disiplin ilmu yang lain untuk dipelajari (knowledge oriented), akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat dan mendapatkan kenikmatan‘melihat’  Allah SWT nantinya. Dengan deskripsi inilah, jika melihat ilmu seperti akan melihat sebuah kelezatannya ada dihadapannya.
Ilmu menjadi wasilah untuk kesurga dan kebahagiaan yg ada didalamnya serta jalan untuk mendekatkan diri kepada Allahsubhanahu wata’alaWasilah kepada kebahagiaan merupakan sesuatu yang afdhal untuk dilakukan. Barangsiapa betawasshul  kepada kebaikan hendaklah dengan ilmu dan amal. Tidak ada tawasshul  kepada amal kecuali harus dengan ilmu dan kemudian diamalkan. Ilmu adalah permulaan dari kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian, Ilmu menjadi amalan yang utama (afdhalul amal) dan tujuannya supaya dekat (Qorb) dengan Allah rabbul’ alamin, sang pemilik Ilmu dan alam semesta. Dengan demikian, bisa dipahami bahwa jika ilmu merupakan hal yang utama (afdhalul umur)  maka yang menuntutnya termasuk yang meminta ke-afdhal-an dan ke-asyraf-an itu, dan begitu juga pengajarnya. Subhanallah…!

Keutamaan Ilmu Menurut Ali bin Abi Thalib

Rasulullah: “Ana madinatul ilmi wa Aliyun Baabuha” 
“ Saya ibarat kota ilmu, sedang Ali sebagai pintu gerbangnya”
Alkisah dalam suatu pembahasan agama di Masjid, para sahabat sering mengalami kesulitan dalam hal keIslaman, mengingat Rasulullah SAW tidak selalu bersama mereka. Untuk itu Rasulullah mengutus Sayyidina Ali menjadi pintu gerbang agar mempermudah penyelesaian masalah.
Berita mengenai gelar yang diterima Syy. Ali bin Abi Thalib membuat bangsa Yahudi tidak senang. Oleh karenanya mereka menguji kehebatan ilmu beliau dengan mengutus 10 dari bangsa Yahudi yang dianggap paling pintar dan bisa menguji kehebatan Ilmu Syy Ali.
Orang Yahudi 1: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy. Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena bila ilmu diberikan kepada orang lain  dan diamalkan maka ilmu akan akan bertambah, tapi bila harta diberikan akan berkurang.”
Orang Yahudi2: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy. Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena siapa yang membawa harta maka berat memikulnya.”
Orang Yahudi 3: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena penuntut ilmu bearada di jalan surga sedang perebut harta menuju ke neraka.”
Orang Yahudi 4: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena karena ilmu akan menjaga pemiliknya, sedang pemilik harta, dia akan menjaga hartanya.”
Orang Yahudi 5: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy. Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena pemilik ilmu dimulaiakan sedang  pemilik harta dicibirkan.”
Orang Yahudi 6: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy. Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena diakhirat pemilik ilmu akan ditolong ketika dihisab sedang pemilik harta justru dihisab/dituntut, dari mana, dan untuk apa harta yang dikumpulkan itu.”
Orang Yahudi 7: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy. Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena pemilik ilmu disebut sebagai orang mulia, ilmuwan, ulama sedang pemilik harta dikenal sebagai materialis atau matre dan bakhil.”
Orang Yahudi 8: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy. Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena pemilik ilmu dikenal sebagai pewaris Nabi, sedangkan pemilik harta disebut sebagai pewaris Qorun, pengikut Fir’aun”.
Orang Yahudi 9: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy. Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena penyebar Ilmu dikenal sebagai Muliawan sedang pengumbar harta disebut sebagai pemborosmubadzir.”
Orang Yahudi 10: “Hai Ali, mana yan lebih utama ilmu apa harta?”
Syy. Ali: “Lebih utama Ilmu. Karena orang berilmu akan diangkat derajatnya disisi Allah, sedang pemilik harta sama sekali tidak diangkat oleh Allah. Seperti dikutip di AlQuran:
“Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat” (QS. Al-Mujadalah:11)
Setelah mendengar jawaban Syy Ali yang ke 10, orang Yahudi pergi membawa malu serta mengakui kebenaran dan kealiman Ali sebagaimana disabdakan Nabi dan Rasul Muhammad SAW.